KITA GENERASI “PEMALAS”

KITA GENERASI “PEMALAS”

Oleh : Putri Ghania Kelas XII MIPA 3 ( Juara 1 Lomba Menulis Artikel )

Generasi milenial sering kali dikaitkan dengan kunci kemajuan suatu bangsa. Namun, hanya mereka yang haus akan ilmu dan berfikiran terbuka yang akan meraih kesuksesan. Sementara mereka yang tidak mau berubah akan tetap terpuruk dan menjadi orang tertinggal.

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kalimat Bung Karno tersebut sudah pasti tak asing lagi di telinga. Bung Karno menggambarkan kedahsyatan cukup dengan 10 pemuda dapat mengguncangkan dunia.

Sebagai agen perubahan, di tangan pemuda lah sebuah perubahan bisa terjadi. Bahkan peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 tidak luput dari peranan pemuda Indonesia, yaitu Mohammad Yamin, Joko Marsaid, Amir Sjarifudin, Mohammad Rochjani Su’ud, dsb. Hari itu menjadi hari penting bagi rakyat Indonesia. Hari terjadinya sumpah yang diserukan oleh pemuda negeri tentang kesatuan dan persatuan penggunaan identitas, bahasa, dan bangsa Indonesi sebagai pemersatu nasional.

Sayangnya generasi milenial sekarang terkenal pemalas yang hanya bisa bergantung pada kemajuan teknologi. Seiring berjalannya waktu, semua mulai beralih menjadi era digital. Buku sudah jarang dipakai karena lebih sering mengandalkan internet. Dalam kehidupan pun tak ayal lagi dari gadget.

Pada 2013, majalah TIME tulisan Joel Stein, menyebutkan bahwa generasi ini hanya memikirkan eksistensi diri sendiri, tak mau berusaha, dan bergantung pada teknologi. Laporan Time ini juga menjelaskan jurang pemisah antara generasi muda yang kaya dan miskin, obsesi pada internet dan juga pengakuan dari orang lain.

Padahal, banyak generasi muda bangsa yang bisa dijadikan motivasi karena prestasi yang tidak hanya dikenal di Indonesia, bahkan mencapai kancah internasional. The Resonanz Children’s Choir (TRCC) merupakan kelompok paduan suara anak asal Jakarta yang memperoleh juara umum dalam kompetisi paduan suara international Musica Eterna Roma International Festival & Competition 2017. Pianis cilik asal Indonesia yang berbakat, Joey Alexander Sila, meraih “Grand Prix 1st International Festival Contest of Jazz Improvisation Skill” yang diselenggarakan pada 5-8 Juni 2013 di Odessa, Ukraina. Dari bidang olahraga, duo pemain bulu tangkis Liliyana dan Tontowi, pemain bulu tangkis ganda campuran ini sudah menyabet gelar tiga tahun berturut-turut di All England 2012, 2013, dan 2014.

Namun tak perlu melihat jauh, siswa SMAN 39 JAKARTA pun tak kalah beprestasi. Sebut saja Ananda Karla Athiyyah, peraih Mendali Emas OSN Biologi tingkat Nasional tahun 2018. Ada juga Peraih Mendali Emas kategori Pembicara Terbaik Lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Nasional atas nama Ayunda Nisa Chaira. Tak hanya berprestasi pada bidang akademik, di bidang olah raga pun ‘Galan’ memiliki Juara I Lomba Karate tingkat Internasional atas nama Ceyco Georgia Zefanya.

Masih terdapat lebih banyak lagi prestasi anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia. Sebagai anak bangsa yang mencintai Indonesia, sudah seharusnya tergelak untuk turut ikut serta dalam memajukan bangsa, menciptakan lebih banyak lagi prestasi yang membanggakan, dan membuktikan bahwa kita bukanlah generasi pemalas yang hanya bisa bergantung dengan teknologi.

Oleh karena itu, revolusi mental perlu digalakkan untuk pemuda zaman sekarang atau biasa disebut kids zaman now, agar tetap semangat dalam mempertahankan nilai-nilai bangsa seperti budaya literasi, membaca dan menulis. Banyak cara yang bisa dilakukan, seperti dengan bedah buku, melakukan pelatihan-pelatihan kepenulisan, dan lebih menampilkan tokoh inspiratif dari berbagai bidang di era generasi milenial ini.

Tunjukan bahwa generasi milenial adalah generasi emas bangsa yang bisa mengguncang dunia, mampu menciptakan karya, bukan hanya sebagai pengguna. Patahkan kritik dari Bapak Taufik Ismail,  “Generasi Nol Buku : Yang Rabun Membaca, Pincang Mengarang”.

Kamis, 25 Oktober 2018

 

Sumber :

Cindy Adams. 2000. Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta : Ketut Masagung Corporation.

Pitoyo Darmosugito. 1982. Menjelang Indonesia Merdeka. Jakarta : PT Gunung Agung

Yani Andryansjah. 28 Oktober, 2012. Mereka yang mampu mengguncang dunia. Koran SINDO.

Widia Permata Sari. 9 November, 2017. Figur Pemuda, Pahlawan di Era Generasi Millennial. Pontianak Post.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *